Penulis: Yunika Umar
Narkoba
adalah narkotika dan obat/bahan berbahaya termasuk di antaranya ganja,
heroin, putauw, inex, kokain, dan segala macam lainnya yang terus
berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Terdapat kecenderungan
dengan berbahayanya narkoba melalui suntikan yang bisa menyebabkan
penyakit AIDS (penyakit yang telah memakan banyak korban), maka banyak
dari pemakai sekarang menghindari penggunaan jarum suntik.
Zaman
dulu, jarum suntik banyak digunakan dikarenakan pemakaian yang bisa
digunakan banyak orang sehingga lebih irit. Berbagi (dalam hal negatif)
antara satu orang dan orang lainnya. Dari si A ke si B dan ke si C dan
digunakan lagi oleh si A, terus berpindah hingga cairan dalam suntikan
tersebut habis.
Cerita
berikut ini adalah kisah nyata yang saya tahu apa adanya, tanpa
bermaksud memfitnah, hanya sebagai pelajaran dan konsekuensi di masa
depan yang akhirnya merugikan orang yang kita sayangi.
Alkisah
seorang remaja wanita bernama S yang cantik rupawan. S adalah anak
tunggal dan bersekolah di sekolah yang bergengsi yang mana ditunjang
dengan kekayaan kedua orang tuanya. Ibu dan bapaknya sudah bercerai.
Kalau sekarang, mungkin dibilang S ini adalah anak gaul Jakarta.
Demi
jenjang pendidikan yang lebih baik, oleh sang Ibu, S disekolahkan ke
Australia. Sementara bagi banyak orang bisa sekolah ke luar negeri
hanyalah sekedar impian. S bisa sekolah dan mondar-mandir pulang ke
Jakarta kapan pun dia mau.
Di
negara inilah S mengenal narkoba. Entah apa obat yang digunakan.
Mulailah S merongrong Ibunya untuk keuangan yang lebih. Awalnya sang Ibu
tidak tahu kalau sang anak tersayang ini menggunakan narkoba. Walau
dalam sejarah hidupnya, sang Ibu ini terbiasa melihat sendiri bagaimana
saudara-saudaranya menggunakan narkoba dan beberapa bisa terlepas di
saat tua.
Kecurigaan
muncul saat S pulang ke Jakarta, satu persatu barang di rumah mulai
hilang. Antara percaya dan tidak, sang Ibu pasrah begitu mengetahui sang
anak tersayang menjadi pengguna narkoba.
Keputusan
pun diambil, S diharuskan kembali ke Jakarta dan tidak boleh kembali
lagi ke Australia. Jakarta yang merupakan surga bagi pengguna narkoba
tentunya merupakan tempat yang S merasa nyaman berada.
Keterjerumusan
dalam narkoba semakin dalam. Beragam usaha sang Ibu lakukan. Pesantren,
dokter, dan rehabilitasi narkoba - semua dilakukan sang Ibu agar S
terlepas dari jeratan narkoba. Tak terkira banyaknya uang yang
dihabiskan demi kesehatan sang Anak.
Lama
tak terdengar kabarnya, apakah S telah sembuh atau belum, lalu saya
mendengar S menikah dengan sesama (entah pria ini sudah sembuh entah
belum) pengguna. S juga melahirkan seorang putri yang cantik jelita.
Sekitar
empat tahun lalu saat Ibu saya menelpon Ibu dari S (Ibunya merupakan
sahabat Ibu saya) dan menanyakan kabarnya. Dengan rasa sedih dan isak
tangis, Mama S (sebutan saya untuk beliau) menceritakan bahwa satu
persatu dimulai dari menantunya, cucunya kemudian anaknya telah
meninggal dunia.
Saat
menulis inipun, bulu kuduk saya merinding mengingat peristiwa saat Ibu
saya menceritakan kembali pembicaraan mereka. Menantunya meninggal
secara tiba-tiba. Cucunya yang berumur 5-6 tahun meninggal saat mereka
sekeluarga pergi berlibur ke luar kota. Tiba-tiba saja demam tinggi,
dibawa ke rumah sakit dan tidak berapa lama dinyatakan meninggal.
Sementara S, dikarenakan sakit dan sempat dirawat beberapa lama di rumah
sakit sebelum akhirnya meninggal.
Sesaat
sebelum meninggal, S menyatakan penyesalannya karena telah menggunakan
narkoba dan meminta maaf kepada sang Ibu atas segala kesalahannya. Sang
Ibu bercerita bagaimana menjelang akhir hayatnya, S begitu dekat kepada
Tuhan dengan banyak beribadah.
Saat
ini, di menjelang usianya mencapai kepala 7, Mama S hidup bersama
hewan-hewan kesayangan dan saudara-saudaranya. Hari-harinya selalu
mengingat anak dan cucu tersayang. Beliau tetap aktif mengurusi
bisnisnya. Bergerak kesana kemari. Tak pernah sedikitpun dirinya menjauh
dari sang Maha Kuasa. Dia berusaha pasrah atas takdir kehidupannya.
S
tidak mungkin melihat bagaimana sang Ibu sekarang. Kita sebagai
penonton yang berada di luar arena melihat bagaimana narkoba bisa
merugikan bukan hanya ke si pengguna tapi juga orang-orang sekitarnya.
Orang-orang yang dicintai. Jika diberi kesempatan sekali lagi oleh
Tuhan, saya yakin S tidak akan pernah mau mencoba narkoba.
Melihat
ini, tidak sedikitpun ada rasa ingin saya untuk mencoba narkoba.
Mendapatkan kesempatan dari BNN untuk membantu gerakan
#IndonesiaBergegas agar penyalahgunaan narkoba bisa dikurangi membuat
saya merasa bahagia. Banyak kisah dari orang-orang di sekitar saya
tentang narkoba. Cerita inilah yang nantinya akan saya tulis kembali
sebagai sarana berbagi betapa narkoba itu jahat - teramat jahat. Jangan
pernah berpikir sekalipun untuk mencobanya.
BNN
telah mencanangkan agar para pengguna narkoba janganlah dihukum
penjara, mereka lebih baik dirawat. Ada beragam pilihan perawatan yang
dibiayai oleh pemerintah mulai dari rawat jalan maupun rawat inap. Opsi
yang merupakan hasil keputusan dari dokter yang menangani pasien.
Kita
tidak bisa berharap sepenuhnya dari pengguna narkoba untuk mereka sadar
dan berobat karena saat mereka berada dalam tahap kecanduan, pemikiran
mereka pun menjadi tidak wajar. Maka dari itu dibutuhkan kesabaran.
Butuh
usaha dengan semangat yang kuat untuk menyembuhkan pengguna narkoba.
Usaha yang tentunya harus disertai dengan doa. Segala kejadian yang
terjadi selalunya mendapat restu dari Sang Maha Kuasa. Jika Ia merestui
seseorang menjadi pengguna narkoba maka kepadaNyalah kita kembali
memohon kesembuhan. Memohon untuk dijauhkan dari segala pengaruh buruk
lingkungan yang bersifat merusak.
Sumber : http://indonesiabergegas.com/index.php/en/component/k2/item/350-kisah-tragis-menggunakan-narkoba
Tidak ada komentar:
Posting Komentar