Penulis : Ani Berta
“Ibu-ibu,
Bapak-bapak dan hadirin sekalian, apakah ingin bersimpati ikut
merasakan bagaimana sakitnya saya ketika putus zat (sakaw) dan menjalani
proses rehabilitasi panjang dimasa lalu?” Tanya Julie Aliska, seorang
mantan pecandu narkoba yang telah dinyatakan bersih karena telah melalui
rangkaian rehabilitasi.
Semua
hadirin mengangguk dan balik bertanya “Iya, kami ingin tahu apa yang
kamu rasakan, memang gimana rasanya itu?” Celetuk salah seorang ibu yang
duduk dipaling depan.
“Ibu
tinggal lepas saja kuku jari kaki ibu dengan mencongkelnya pakai tang,
nah seperti itulah sakitnya seluruh badan saya ketika sakaw dan ketika
menjalani proses rehabilitasi.” Ujar Julie Aliska yang akrab dipanggil
Icha ini. Kontan semua yang hadir begidik.
Tahun
lalu, ketika saya menemani Wanda Hamidah untuk melakukan penyuluhan
anti narkoba di Gang Bakti IV RT 10/05 Manggarai Jakarta Selatan, saya
mendengar pengalaman Icha, mantan pecandu narkoba yang telah pulih
total, ditambah asupan wawasan dari narasumber Baby Jim Aditya, seorang
aktivis anti narkoba yang lebih banyak memberikan penyuluhan tentang
bahaya narkoba di penjara-penjara.
Icha
bercerita bahwa ia terjerumus menjadi pecandu narkoba karena berawal
dari ikut-ikutan teman, dirinya perlu pengakuan dari teman-temannya yang
pemakai. Jadi tidak merasa keren kalau belum memakai narkoba. Dari awal
coba-coba itu, Icha menjadi keterusan dan ketagihan. Segala cara
dilakukan untuk mendapatkan barang haram tersebut. Apalagi sampai
merepotkan orangtuanya. Dari Tahun 1998 Icha menggunakan narkoba jenis
putau, sampai ia merasa capek karena dari tahun ke tahun, sejak
kecanduan, hidupnya hanya diperbudak oleh narkoba, kerjanya hanya tidur,
pakai narkoba lalu tidur lagi dan tidak jelas mau jadi apa.
Icha
punya tekad untuk sembuh total, ia bersyukur masih diberikan kesadaran
untuk terlepas dari jerat narkoba. Melalui rangkaian rehabilitasi dengan
disiplin. Didukung penuh oleh keluarganya. “Saya merasa dikasih
mukjizat oleh Yang Maha Kuasa, karena saya sendiri dapat kembali hidup
normal dan terlepas dari jeratan narkoba, bahkan teman-teman seangkatan
saya yang sama-sama direhabilitasi bersama saya mereka semua sudah
meninggal.” Kata Icha. Sekaraang Icha sudah bersuami dan hidup bahagia
serta bekerja di Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Lemdikat POLRI pada Unit
Narkoba. Icha ingin mengabdi pada bangsa dengan menjadi aktivis anti
narkoba. Icha kerap berbagi pengalaman agar generasi muda tak seperti
dirinya di masa lalu.
Setelah
Icha berbagi pengalaman, Wanda Hamidah pun memberikan sambutan, bahwa
program penyuluhan anti narkoba ini disampaikan bagi para orangtua dan
remaja agar semua pihak dapat memahami tanda dari penggunaan narkoba
oleh anak-anaknya atau keluarganya. Makanya Wanda menggandeng Icha dan
Baby Jim Aditya, agar wawasan yang dibagi dapat dipahami.
Baby
Jim Aditya memberikan penjelasan bahwa kasus Icha adalah satu dari
banyak kasus anak muda yang lepas kontrol dari keluarganya. Peran
orangtua dalam hal Mencegah dan menyelamatkan pengguna narkoba
sangat perlu, agar anak punya batasan dan kendali. Komunikasi di rumah
harus sesering mungkin dilakukan.
“Orangtua
harus menyempatkan diri menanyakan kegiatan-kegiatann yang diikutinya,
mengetahui siapa saja teman-temannya dan sesekali mengontrol kamar anak.
Karena siapa tahu jika ada barang aneh atau asing, bisa secepat mungkin
dideteksi.” Kata Baby dalam presentasinya.
“Misalnya, ketika anak membawa bong (sejenis
alat penghisap sebagian jenis narkoba) ke rumahnya, kadang orangtua
tidak tahu apa alat tersebut, pasti menyangkanya itu adalah peralatan
laboratorium untuk pelajaran Biologi.” Ujar Baby.
Jadi
menurut Baby, orangtua sangat perlu berperan aktif menambah wawasan
tentang segala hal, termasuk yang ada hubungannya dengan pergaulan
remaja masa kini. Orangtua bisa belajar dari berbagai sumber, bisa dari
seminar, ngobrol bersama para pakar atau orang berpengalaman, membaca
dan browsing di internet. Agar orangtua dapat mengetahui jika
ada keganjilan dalam pergaulan anaknya. Jika banyak temannya datang ke
rumah dan berkumpul di kamar tertutup,sesekali tengok, bukan dengan
mengawasi seperti satpam, tetapi lebih ke arah pendekatan yang membuat
anak nyaman. Jadi, jangan perlihatkan bahwa kita sedang menyelidikinya.
Orangtua harus bisa menjadi sahabat terbaik anak-anaknya.
Baby
juga menyatakan bahwa lingkungan sangat berpengaruh kuat terhadap
perilaku anak yang suka ikut-ikutan ingin memakai narkoba ini. “Sebisa
mungkin, jika kondisi lingkungan sudah sangat parah, jika mampu
mendingan hijrah ke tempat yang tak berisiko terhadap pergaulan anak,
jika tak mampu untuk pindah rumah, orangtua harus dapat menjadi
pengendali.” Kata Baby.
Langkah
Icha dengan dukungan keluarganya sangat tepat. Dengan kesadaran sendiri
untuk melakukan rehabilitasi, walau seluruh tenaga Icha dan keluarga
tercurah dengan berbagai kelelahan, hasilnya sangat membahagiakan
mereka. Icha pulih dan tak kehilangan masa depannya, malah bisa berkarya
dengan mengabdi di Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri Unit Narkoba.
Pecandu
narkoba bukanlah kriminal, maka pengguna narkoba lebih baik di
rehabilitasi daripada di penjara agar dapat pemulihan dan tidak mati
sia-sia. Contoh nyata yang terjadi pada Icha, dengan demikian lost
generation dari akkibat narkoba dapat ditekan.
Tahun
2014 sebagai Tahun Penyelamatan Pengguna Narkoba, segala upaya dalam
upaya melakukan misi ini, harus benar-benar digalakkan. Seperti
penyuluhan-penyuluhan yang berkesinambungan kepada seluruh lapisan
masyakarat yang melibatkan orangtua dan anak, serta edukasi yang
memberikan wawasan luas tentang bahaya narkoba. Mulai dari cara
pencegahannya, memeranginya dan lain sebagainya. Upaya mencegah dan menyelamatkan pengguna narkoba adalah tanggung jawab semua pihak.
Sumber :
http://indonesiabergegas.bnn.go.id/index.php/en/component/k2/item/318-peran-orangtua-dalam-mencegah-dan-memerangi-bahaya-narkoba
Sumber :
http://indonesiabergegas.bnn.go.id/index.php/en/component/k2/item/318-peran-orangtua-dalam-mencegah-dan-memerangi-bahaya-narkoba
Tidak ada komentar:
Posting Komentar